Uang masih jadi raja

Pesta demokrasi yang diadakan setiap 5 tahun sekali berada di depan mata. Tepat tanggal 9 april 2009 pemilu akan berlangsung. Berbagai atribut partai, baliho, banner dan alat peraga kampanye menghiasi setiap sudut-sudut perkotaan, terutama kota makassar. Setiap jalan-jalan protokol pastilah kita menemukan berbagai alat peraga kampanye parpol, bukan hanya itu para calon anggota dewan pun gencar mengadakan sosialisasi ke masyarakat. Contohnya sewaktu peristiwa kebakaran di maccini gusung,(jumat, 20/09) banyak para caleg mengunjungi tempat kejadian tersebut. Ada yang memberikan bantuan berupa pakaian, makanan, dan uang ataupun obat-obatan, dan juga hari ini (sabtu,21/09) rombongan jusuf kalla turun ke tempat kebakaran itu juga, dan pastilah bantuan pun tak terelakkan mengalir dari bapak wakil presiden tersebut.

Pemilu legislatif yang diadakan setiap 5 tahun sekali adalah sebuah keniscayaan yang menunjukka bahwa negara indonesia adalah negara yang menganut asas demokrasi, dan bertumpu pada bentuk negara kesatuan RI, namun tak bisa dipungkiri juga amanah demokrasi yang mengharuskan pemuli yang langsung, umum, bebas dan rahasia tanpa kecurangan itu hanya menjadi asupan jempol belaka, bukti di lapangan tidak seprti apa yang diamanahkan. Menurut sumber yang penulis dapat, tentang pemilihan walikota makassar banyak sekali terdapat kecurangan yang terjadi dan hal ini penulis dapat melalui bukti konkret. Pemegangan kekuasaan yang pastilah banyak uang, sangat licik mengatur skenario jalannya pemilu dengan cara yang halus hingga sangat sulit diketahui bahwa kandidat tersebut melakukan kecurangan. Iya, memang sudah begitulah adanya, jika uang sudah bicara maka kebenaran itu akan bungkam dengan sendirinya. Sistem ini persis waktu zaman orde baru yang dimana para pemegangan kekuasaan sangat mudah memenangkan pilkda-pilkada diberbegai kota, asumsi penulis ini bukan berdasar yang fiktif belaka, namun disertai dengan fakta yang diperoleh.
Fakta yang hanya menjadi fakta semata, yang tidak mendapat respon apapun dari para penegak hukum, meraka tahu bahwa telah terjadi kecurangan, namun mereka hanya diam membisu. Entah diam karena akan dijanjikan jabatan ataupun diam karena takut dipecat dari jabatannya. Jika bentuk pemilu berjalan begini terus, maka kapan negara ini bisa hidup sejahtera?kapan negara ini bisa makmur?.
Perkataan yang keluar dari mulut para calon legislatif ataupun kandidat para pemimpin yang katanya untuk kepentingan rakyat banyak, hanya merupakan janji semata, kecuali memang bagi sebagian caleg dan calon pemimpin negara yang betul-betul menerapkan arti kejujuran, bersih dan amanah.

Pemilu kali ini juga gencar dengan isu-isu miring antara parpol satu dengan parpol lainnya, antara caleg satu dengan caleg lainnya. Contohnya saja kasus suap dana stimulus pembanguan dermaga dan bandara di indonesia timur yang menimpa abdul hadi djamal mantan kader PAN yang juga mantan dewan DPR RI menyerat nama dari partai lain yang bernama Rama pratama anggota dewan DPR RI dan juga sebagai caleg dari PKS periode 2009-2014, tidak hanya itu juga hadi djamal mengungkap bahwa johnny allen dari fraksi partai demokrat yang merupana wakil ketua panitia anggaran DPR RI ikut menerima dana stimulus tersebut. Namun hal in juga diampik oleh johny allen seperti yang diberitakan oleh inilah.com (18/03/09).

Rama Pratama, siapa yang tidak mengenal beliau? mantan ketua senat universitas indonesia aktivis mahasiswa yang menjadi salah satu pencetus reformasi sewaktu zaman soeharto yang menuntut agar Presiden RI kala itu yakni soeharto mundur dari jabatannya sewaktu tahun 1998 silam. ia terpilih menjadi anggota DPR RI melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta I. Di DPR RI, Rama Pratama menjadi anggota Fraksi PKS yang bertugas di Komisi XI (Keuangan Negara, Perencanaan Pembangunan dan Perbankan) dan juga Panitia Anggaran. Mungkin bagi sebagian orang tidak mengetahui tentang Rama pratama itu sendiri, namun dikalangan intelektual dan aktivis pasti mengenal jelas bagaimana beliau.

Sejak pernyataan hadi djamal yang menyeret nama seorang rama pratama, begitu gencar diberitakan di berbagai media, baik media eloktronik, Koran maupun situs pemberitaan, dan yang mencuat ke permukaan adalah partai yang selama ini dikenal bersih sebab tidak ada satupun kader-kadernya tersangkut pidana korupsi, PKS dengan salah satu slogannya itu mampu menyodot perhatian masyarakat di seluruh Indonesia. Membuat suatu asumsi negatif ke masyarakat untuk memukul mundur suara masyarakat memilih PKS nantinya, entah dengan alasan apa seorang hadi djamal mengeluarkan stetament bahwa rama pratama ikut menerima dana dari anggaran dana stimulus tersebut. Yang penulis ketahui, jika segala tuduhan hadi djamal itu tidak bisa dibuktikan dengan fakta yang konkret, tentulah ini adalah salah satu bentuk “black campaign” dan juga merupakan pembunuhan karakter, langkah yang tidak terpuji yang dilakukan oleh seorang yang terkenal dengan kebaikan, keshalehan dan juga pendidikannya. Namun jika hadi djamal bisa membuktikan bahwa rama pratama merupakan salah satu orang yang ikut menerima suap tersebut, maka PKS harus dengan tegas mengambil keputusan untuk kadernya, tidak hanya itu juga PKS harus memulai dari nol lagi untuk membangun kepercayaan public akan partai yang berasas islam ini. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika semua tidak bisa terbukti PKS akan mendapatkan simpatik dari masyarakat, dan tentunya membawa “angin segar” untuk kemenangan di pemilu nanti. Kita tunggu saja.


Pemilu nanti adalah harapan baru buat indonesia kedepan, semestinya pemilu itu terhindar dari bentuk kecurangan apapun, jangan sampai pemilu nanti di monopoli oleh oknum-oknum yang tidak bisa menjalankan amanah demokrasi. Dengan menghalakan segala macam cara untuk bisa meraup suara sebanyak-banyaknnya dan tidak dihindari uanglah yang jadi raja, sebab dengan uang dan juga janji jabatan akan mampu membungkam kebenaran itu. Termasuk kebenaran penyelesain kasus hadi djamal dan juga seperti fakta kecurangan pilwalkot makassar yang penulis dapat, Kata nagabonar “apa kata dunia?”, semoga saja kita masih mempunyai hati nurani untuk mengungkapkan fakta kebenaran terhadap segala bentuk kecurangan yang terjadi didepan mata. Semoga saja.

by : fee3

0 komentar:

Post a Comment