Meluruskan 'Fitnah' Soal Pernyataan Presiden PKS

1 komentar

Meluruskan 'Fitnah' Soal Pernyataan Presiden PKS [Tabayyun Dong, Jangan Asal Nyebarin:-( Jun 3, '09 3:19 AM

for everyone Bismillahirrohmanir rhiim.
Saya gerah juga melihat orang biaca ini itu tanpa tabayyun dan tanpa fakta yg akurat asal neybar dan ngulas saja soal pernyataan Presiden PKS: Ir.Tifatul Sembiring.
Nah, saya dan Kang Akmal, sudah mendapat tabayyun yg jelas dari yg bersangkutan. Kalau Kang Akmal dari Ustadz-nya yg dapat SMS dari Ir.Tifatul. Alhamdulillah, saya dapat baru saja dari Ir.Tifatul Sembiring.

Saya sedih karena itu sudah disebar kemana2 padahal yg menyebar belum tabayyun. Jk yg menyebar itu kaum munafik sih ga masalah [ingat haditsul 'ifki ya-red] tapi kalau yg menyebar itu ikhwah Muslim yg sama berjuang agar ISLAM bisa tetap tinggi. Itu yg buat saya sedih.

selamat membaca ya;-(
jangan termakan isu jk anda tak tahu apa2 soal PKS. Saya juga ga tahu apa2 tentang PKS:-(
Tapi saya ga asal tulis ini dan itu juga, kalau saya salah tulis, saya ada yg menasehati secara langsung dengan adab yg ALLOH ajarkan.
***

assalaamu’alaikum wr. wb.

Di abad informasi ini, berita dari New York bisa sampai di Indonesia jauh lebih cepat daripada pesawat yang paling cepat sekalipun. Seorang istri ditampar suaminya, sejam berikutnya ribuan orang sudah baca curhatnya. Barangkali itulah sebabnya pihak manajemen RS Omni begitu khawatir pada tulisan Ibu Prita. Internet memang membuat batasan-batasan geografis menjadi tidak relevan.

Kecepatan menjadi kata kunci dalam segala hal. Bermunculanlah situs-situs berita yang mengandalkan kecepatan. Tentu mereka tak perlu bilang bahwa pada level tertentu, kecepatan bisa mengorbankan akurasi. It’s bad marketing, of course. That’s why it’s never been said. Tapi kenyataan itu terjadi berulang kali. Dan kenyataannya, seperti yang berulang kali ditunjukkan dalam tulisan-tulisan Sirikit Syah, seorang pakar jurnalistik, menuntut tanggung jawab media atas pemberitaan yang dilakukannya sangat mudah. Belum apa-apa sudah dituduh memasung kebebasan berbicara. Tapi menyatakan pendapat dan mewartakan kebohongan adalah dua hal yang sangat berbeda.

Maka kecepatan pun menjadi kata kunci bagi para konsumen berita. Pokoknya asal cepat. Semua ingin jadi yang paling pertama tahu, entah kenapa. Maka jatah siaran infotainment pun diperbanyak, mulai dari pagi, siang, sore, malam, dan konon tengah malam pun ada. Semua ingin cepat-cepat mengetahui, apakah artis A jadi cerai atau tidak, apakah artis B sedang cari jodoh atau masih betah sendiri, atau ingin tahu detil cerita tentang kejutan di acara ulang tahunnya artis C. Tidak masalah beritanya penting atau tidak, yang penting jadi yang pertama mendengarnya. Pada titik ini, akurasi berita sudah hilang sama sekali dari prioritas.

I think about these kinds of things a lot. Kadang jadi masalah sepele, kadang rumit juga, bahkan adakalanya menjadi gawat. Berbeda dengan pola pikir liberal murni yang membatasi hidup pada seputar dirinya saja, kita sebagai Muslim punya tuntutan untuk berpikir sebagai satu tubuh yang saling menunjang. Oleh karena itu, respon terhadap berita yang mungkin mengganggu stabilitas tubuh ini mesti ditanggapi dengan serius. Saya akan menggelar sebuah studi kasus untuk mempermudah kita memahaminya.

Studi Kasus
Senin malam, 1 Juni 2009 yang lalu. Saya sedang pergi keluar, mencari makan malam. Sampailah pesan singkat itu di ponsel saya. Beginilah kutipannya :

Presiden PKS, Tifatul Sembiring, Majalah Tempo, 7 Juni 2009 : “Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik? Soal selembar kain saja kok dirisaukan?”

Begitulah kutipan beritanya. Analisisnya? Tenang, masih ada lanjutannya :

Astaghfirullah! Bagaimana jika pertanyaan itu dilanjutkan : “Apa kalau capresnya shalat, puasa, zakat, dan berhaji lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?” Sama dengan shalat, puasa, zakat dan berhaji, jilbab itu perintah Qur’an. Demi koalisi dengan SBY-Boediono, Tifatul tega mereduksi perintah Qur’an jadi “soal selembar kain”. Astaghfirullah!

Pesan singkat di atas tidak saya ubah sama sekali, kecuali beberapa kata yang sebelumnya disingkat, karena untuk kebutuhan SMS memang biasanya orang melakukan penyingkatan kata. Tapiinsya Allah isinya demikian adanya.

Saya cuma geleng-geleng kepala membaca pesan singkat itu. Sayang, pulsa sudah habis untuk menjawabnya.

Keesokan paginya, dari berbagai milis, berita yang sama pun beredar kembali. Ust. Tifatul Sembiring telah melecehkan kewajiban Muslimah untuk mengenakan jilbab, hanya demi koalisi dengan SBY-Boediono. Begitulah cemoohan orang-orang. Penjilat, oportunis, pragmatis, berbagai predikat pun melayang bebas. Muncul pula pertanyaan seputar aqidah ust. Tifatul. Nampaknya inilah titik ekstremnya.

Sebagai penutup kasus, perlu disampaikan pula bahwa pada sore harinya klarifikasi yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Seseorang meneruskan pesan singkat yang dikirimkan oleh Ust. Tifatul sendiri kepada seorang ustadz lainnya yang meminta klarifikasi. Begini bunyinya (sekali lagi, penulisan saya benahi karena konteksnya berubah, dari format pesan singkat menjadi format blog) :

Antum percaya Tempo atau ana? Antum baca deh artikel yang menyerang PKS di Tempo. Dia tanya, “Apakah PKS menekan SBY agar Bu Ani pakai jilbab?”, saya bilang “bukan!”. Dia tanya, “Apakah Bu Ani berjilbab lantaran alasan politik?”, saya jawab “Nggak tahu, tanya langsung ke orangnya!” “Anda ini rewel banget,” kata saya, “urusan selembar kain diatas kepala wanita, die gak pake kerudung ente ributin, dah pake kerudung diributin juga!”. Itu bahasa saya ke Tempo, yang saya tahu wataknya tidak Islami. Nah, percaya siapa?

Klarifikasi datang, kasus ditutup. Tapi yang ingin saya bicarakan bukan kasusnya, melainkan hal-hal kecil yang seringkali terlupakan di sekitarnya.

Ukhuwwah : Sebuah Uji Konsistensi
Setelah klarifikasi datang, terjadilah arus balik. Mereka yang mencemooh kini harus menghadapi nasib sebagai yang dicemooh balik. Kenapa sembarangan mengambil berita? Mengapa Tempo dianggap lebih tsiqah daripada Ust. Tifatul? Mengapa tidak kembali pada materi-materi ukhuwah yang sudah dipelajarinya bertahun-tahun? Mengapa tidak kembali ke ashalah dakwah yang mendahulukan husnuzhzhan dan tabayyun, sebelum ambil kesimpulan dan mem-forward e- mail dan SMS kesana kemari?

Ada yang berkelit, katanya ini bentuk ukhuwwah juga. Kalau ada yang mengkritik PKS, itu artinya dia sayang pada PKS. Yang mencela sebenarnya tengah mengekspresikan ekspektasinya yang sangat tinggi pada PKS, sehingga urusan jilbab ini menjadi sangat penting baginya.

Alhamdulillaah, rupanya ukhuwwah masih disinggung-singgung . Masih ada yang ingat pada ukhuwwah. Tapi bagaimanapun harus dicek konsistensi ucapan dan perbuatannya.

Allah dan Rasul-Nya menghendaki umat Islam ini menjadi satu keluarga besar. Semuanya harus saling memperlakukan bagai saudara, bahkan dalam analogi yang paling tingginya, bagaikan satu tubuh. Kita cukupkan pada analogi ‘saudara kandung’ saja, agar mudah membayangkannya.

Bayangkanlah suatu hari Anda pulang ke rumah, lalu dalam perjalanan disapa oleh seorang penjaga warung yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Anda. Lalu ia bercerita bahwa adik Anda yang terkenal alim itu diam-diam suka berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahram- nya ketika Anda tidak sedang di rumah. Kemudian dengan perasaan marah, Anda pulang ke rumah. Mendapati adik sedang santai-santai di depan teras, ia langsung didamprat di tempat. “Dasar nggak tahu malu! Ternyata kamu begini ya kelakuannya. Main perempuan seenaknya di rumah. Apa kata tetangga? Bikin malu orang tua aja!!!” Tetangga-tetangga dalam radius 30 meter pun ikut menyimak Anda memarahi adik sendiri.

Lima menit kemudian, lewatlah sang penjaga warung dan berkata : “April Mop!” Sayangnya tidak banyak yang mendengar. Sudah banyak yang kembali ke urusannya masing-masing, dengan menyimpan ‘pengetahuan’ bahwa adik Anda ternyata suka main perempuan.

Beginikah yang namanya saudara? Lebih percaya pada orang lain, daripada adik sendiri? Langsung mempermalukannya di depan umum, dan bukannya mengajaknya bicara dari hati ke hati?

Jawaban Ust. Tifatul di atas sebenarnya cukup untuk membuat hati teriris-iris, kalau memang kita merasa bersaudara. Bagaimana perasaan Anda kalau adik, kakak, anak, atau orang tua Anda bertanya dengan getir, “Kamu percaya pada saya atau pada mereka?” Hilangnya kepercayaan orang adalah salah satu hal yang paling menyakitkan yang bisa terjadi di dalam keluarga. Betapa perihnya hati begitu mengetahui bahwa saudara kita sendiri tidak percaya pada kita. Saya harap mereka yang terlanjur mencemooh Ust. Tifatul (dengan alasan “ukhuwwah”) juga merasakan getirnya jawaban beliau.

Dunia Maya dan Tanggung Jawab Moral
Mari berpikir lebih teknis. Begitu dengar berita miring, Anda langsung kirim e-mail ke berbagai milis, SMS ke handai-taulan, bahkan kalau perlu pasang juga di blog atau di Facebook. Ketika Anda mengirimkan sebuah berita, maka Anda pun telah memicu sebuah reaksi berantai. Katakanlah, dalam waktu 2 jam setelah Anda menyebarluaskan berita itu, sudah 1000 orang yang menerima berita itu dan menganggapnya sebagai berita yang benar. Dari 1000 orang itu, ada yang ikut mencemooh, ada pula yang cuma diam saja dan menyimpan informasinya dalam benak.

Dua jam setelah Anda menyebarluaskan berita, muncullah klarifikasinya. Ternyata itu semua bohong belaka! Kalau bicara tanggung jawab moral, maka Anda punya kewajiban untuk menyebarluaskan klarifikasi itu kepada orang-orang yang sebelumnya telah Anda kirimi berita. Tapi apa bisa?

Ya, Anda bisa kirim lagi e-mail dan SMS ke orang-orang dan milis-milis yang sama. Tapi ada dua masalah. Pertama, berita itu sudah bukan hanya berada di tangan orang-orang yang Anda kirimi berita, karena mereka bisa saja sudah meneruskannya ke orang lain. Anda bisa saja bilang bahwa mereka pun bertanggung jawab untuk menghentikan peredaran berita bohong itu, tapi Anda tetap akan dimintai pertanggungjawabann ya, karena Anda-lah yang telah menyebarluaskan berita sejak awal tanpa berpikir panjang siapa yang akan menerima berita tersebut.

Masalah kedua : bisa jadi diantara 1000 orang itu ada yang tidak menerima berita klarifikasinya. Jadi bagi mereka, berita yang dipandang shahih adalah berita yang pertama. Sebab, mereka tidak pakai Outlook atau aplikasi semacamnya. Mereka baca berita miring soal Ust. Tifatul kebetulan ketika sedang online. Ketika klarifikasinya datang, kebetulan mereka sedang tidak online. Kemungkinannya lebih besar lagi kalau Anda posting berita itu di blog. Yang membaca posting pertama bisa jadi tidak membaca posting kedua. Akhirnya mereka pun terus menyebarluaskan berita yang sebenarnya sudah diralat itu. There’s nothing you can do about it! Itulah konsekuensi mengikuti milis dan menulis di blog. Yang menakutkannya, kemungkinan besar Anda masih akan dituntut pertanggungjawabann ya kelak.

Siapakah Pendusta Itu ?
Peradaban Islam memiliki perangkat yang lengkap dalam menyikapi informasi. Umat ini semestinya adalah yang paling siap dalam menghadapi era globalisasi, begitulah teorinya. Mulai dari prinsipukhuwwah, mekanisme husnuzhzha n dan tabayyun, larangan untuk mengatakan apa-apa yang tidak kita paham betul, dan masih banyak lagi prinsip lainnya yang seharusnya memberikan kita kekebalan lebih baik dalam menyikapi fenomena bebas beredarnya informasi di masa kini.

Barangkali ada baiknya jika saya menutup uraian ini dengan sebuah hadits shahih yang nampaknya sangat relevan untuk kita jadikan cermin saat ini :

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Cukuplah bagi orang itu disebut pendusta apabila dia membicarakan setiap (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim)

wassalaamu’alaikum wr. wb

SeLanJuTnYa......

Uang masih jadi raja

0 komentar

Pesta demokrasi yang diadakan setiap 5 tahun sekali berada di depan mata. Tepat tanggal 9 april 2009 pemilu akan berlangsung. Berbagai atribut partai, baliho, banner dan alat peraga kampanye menghiasi setiap sudut-sudut perkotaan, terutama kota makassar. Setiap jalan-jalan protokol pastilah kita menemukan berbagai alat peraga kampanye parpol, bukan hanya itu para calon anggota dewan pun gencar mengadakan sosialisasi ke masyarakat. Contohnya sewaktu peristiwa kebakaran di maccini gusung,(jumat, 20/09) banyak para caleg mengunjungi tempat kejadian tersebut. Ada yang memberikan bantuan berupa pakaian, makanan, dan uang ataupun obat-obatan, dan juga hari ini (sabtu,21/09) rombongan jusuf kalla turun ke tempat kebakaran itu juga, dan pastilah bantuan pun tak terelakkan mengalir dari bapak wakil presiden tersebut.

Pemilu legislatif yang diadakan setiap 5 tahun sekali adalah sebuah keniscayaan yang menunjukka bahwa negara indonesia adalah negara yang menganut asas demokrasi, dan bertumpu pada bentuk negara kesatuan RI, namun tak bisa dipungkiri juga amanah demokrasi yang mengharuskan pemuli yang langsung, umum, bebas dan rahasia tanpa kecurangan itu hanya menjadi asupan jempol belaka, bukti di lapangan tidak seprti apa yang diamanahkan. Menurut sumber yang penulis dapat, tentang pemilihan walikota makassar banyak sekali terdapat kecurangan yang terjadi dan hal ini penulis dapat melalui bukti konkret. Pemegangan kekuasaan yang pastilah banyak uang, sangat licik mengatur skenario jalannya pemilu dengan cara yang halus hingga sangat sulit diketahui bahwa kandidat tersebut melakukan kecurangan. Iya, memang sudah begitulah adanya, jika uang sudah bicara maka kebenaran itu akan bungkam dengan sendirinya. Sistem ini persis waktu zaman orde baru yang dimana para pemegangan kekuasaan sangat mudah memenangkan pilkda-pilkada diberbegai kota, asumsi penulis ini bukan berdasar yang fiktif belaka, namun disertai dengan fakta yang diperoleh.
Fakta yang hanya menjadi fakta semata, yang tidak mendapat respon apapun dari para penegak hukum, meraka tahu bahwa telah terjadi kecurangan, namun mereka hanya diam membisu. Entah diam karena akan dijanjikan jabatan ataupun diam karena takut dipecat dari jabatannya. Jika bentuk pemilu berjalan begini terus, maka kapan negara ini bisa hidup sejahtera?kapan negara ini bisa makmur?.
Perkataan yang keluar dari mulut para calon legislatif ataupun kandidat para pemimpin yang katanya untuk kepentingan rakyat banyak, hanya merupakan janji semata, kecuali memang bagi sebagian caleg dan calon pemimpin negara yang betul-betul menerapkan arti kejujuran, bersih dan amanah.

Pemilu kali ini juga gencar dengan isu-isu miring antara parpol satu dengan parpol lainnya, antara caleg satu dengan caleg lainnya. Contohnya saja kasus suap dana stimulus pembanguan dermaga dan bandara di indonesia timur yang menimpa abdul hadi djamal mantan kader PAN yang juga mantan dewan DPR RI menyerat nama dari partai lain yang bernama Rama pratama anggota dewan DPR RI dan juga sebagai caleg dari PKS periode 2009-2014, tidak hanya itu juga hadi djamal mengungkap bahwa johnny allen dari fraksi partai demokrat yang merupana wakil ketua panitia anggaran DPR RI ikut menerima dana stimulus tersebut. Namun hal in juga diampik oleh johny allen seperti yang diberitakan oleh inilah.com (18/03/09).

Rama Pratama, siapa yang tidak mengenal beliau? mantan ketua senat universitas indonesia aktivis mahasiswa yang menjadi salah satu pencetus reformasi sewaktu zaman soeharto yang menuntut agar Presiden RI kala itu yakni soeharto mundur dari jabatannya sewaktu tahun 1998 silam. ia terpilih menjadi anggota DPR RI melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta I. Di DPR RI, Rama Pratama menjadi anggota Fraksi PKS yang bertugas di Komisi XI (Keuangan Negara, Perencanaan Pembangunan dan Perbankan) dan juga Panitia Anggaran. Mungkin bagi sebagian orang tidak mengetahui tentang Rama pratama itu sendiri, namun dikalangan intelektual dan aktivis pasti mengenal jelas bagaimana beliau.

Sejak pernyataan hadi djamal yang menyeret nama seorang rama pratama, begitu gencar diberitakan di berbagai media, baik media eloktronik, Koran maupun situs pemberitaan, dan yang mencuat ke permukaan adalah partai yang selama ini dikenal bersih sebab tidak ada satupun kader-kadernya tersangkut pidana korupsi, PKS dengan salah satu slogannya itu mampu menyodot perhatian masyarakat di seluruh Indonesia. Membuat suatu asumsi negatif ke masyarakat untuk memukul mundur suara masyarakat memilih PKS nantinya, entah dengan alasan apa seorang hadi djamal mengeluarkan stetament bahwa rama pratama ikut menerima dana dari anggaran dana stimulus tersebut. Yang penulis ketahui, jika segala tuduhan hadi djamal itu tidak bisa dibuktikan dengan fakta yang konkret, tentulah ini adalah salah satu bentuk “black campaign” dan juga merupakan pembunuhan karakter, langkah yang tidak terpuji yang dilakukan oleh seorang yang terkenal dengan kebaikan, keshalehan dan juga pendidikannya. Namun jika hadi djamal bisa membuktikan bahwa rama pratama merupakan salah satu orang yang ikut menerima suap tersebut, maka PKS harus dengan tegas mengambil keputusan untuk kadernya, tidak hanya itu juga PKS harus memulai dari nol lagi untuk membangun kepercayaan public akan partai yang berasas islam ini. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika semua tidak bisa terbukti PKS akan mendapatkan simpatik dari masyarakat, dan tentunya membawa “angin segar” untuk kemenangan di pemilu nanti. Kita tunggu saja.


Pemilu nanti adalah harapan baru buat indonesia kedepan, semestinya pemilu itu terhindar dari bentuk kecurangan apapun, jangan sampai pemilu nanti di monopoli oleh oknum-oknum yang tidak bisa menjalankan amanah demokrasi. Dengan menghalakan segala macam cara untuk bisa meraup suara sebanyak-banyaknnya dan tidak dihindari uanglah yang jadi raja, sebab dengan uang dan juga janji jabatan akan mampu membungkam kebenaran itu. Termasuk kebenaran penyelesain kasus hadi djamal dan juga seperti fakta kecurangan pilwalkot makassar yang penulis dapat, Kata nagabonar “apa kata dunia?”, semoga saja kita masih mempunyai hati nurani untuk mengungkapkan fakta kebenaran terhadap segala bentuk kecurangan yang terjadi didepan mata. Semoga saja.

by : fee3

SeLanJuTnYa......

Fitnah tentang kasus Hadi Djamal

0 komentar

INILAH.COM, Jakarta - Sengaja atau tidak, ucapan mantan kader PAN Abdul Hadi Djamal seputar koleganya di DPR yang terlibat jelas menjadi bola panas. Hal itu pula yang menimpa anggota Fraksi PKS, Rama Pratama ketika namanya disebut Hadi sebagai orang yang ikut terlibat.Dan PKS pun melawan habis-habisan.

Mantan anggota FPAN Abdul Hadi bersama pegawai Dephub Darmawati ditangkap penyidik KPK penyidik KPK beberapa waktu silam. Bersama Hadi turut dijadikan varang bukti berupa uang US$ 90 ribu dan Rp 54,55 juta. Usai diperiksa, 17 Maret lalu, Hadi menyebut nama Rama dan Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR asal FPD Jhonny Allen Marbun sebagai pihak yang ikut terlibat. Rama dan Jhonny disebut ikut menghadiri pertemuan di Hotel Ritz Carlton. Pertemuan itu untuk membahas kenaikan anggaran dana stimulus proyek pengembangan fasilitas laut dan udara wilayah timur Indonesia. Sebelumnya, dana yang disepakati Rp 10,2 triliun, kemudian dinaikkan menjadi Rp 12,2 triliun.

Dituduh terlibat, Rama menampik. Ia mengaku tidak kenal dengan dengan Hadi. Tudingan itu, menurutnya telah mencemarkan nama baiknya sebagai anggota DPR. "Selama 5 tahun ini, saya tak dekat secara personal dengan Abdul Hadi. Hanya teknis saja di DPR," kata Rama.

Bagi Rama, ucapan Hadi itu tidak lebih dari tudingan tendensius dan berbau kampanye hitam. Apalagi, sampai menyeret nama parpol menjelang pemilu. "Kami tidak mau menuduh. Pak Hadi-lah yang harus menjawab hal itu. Beliau harus berbesar hati dan secara ksatria menjelaskannya," ujar Rama.

Mantan Ketua BEM UI ini membantah jika dirinya yang berinisiatif mengusulkan kenaikan dana stimulus Rp 2 triliun. Semua fraksilah yang telah sepakat tentang program-program untuk mensejahterakan masyarakat. "Jadi tidak ada inisiatif pribadi dari saya. Soal pembahasan per program secara rinci, itu dibahas di komisi terkait," bantahnya.

Sebagai anggota Panitia Anggaran, Rama menegaskan punya hak mengurangi ataupun menambahkan pembiayaan-pembiayaan dan relokasi dana. Namun ia mengaku tidak tahu persis bagaimana prosesnya, disetujuinya bagaimana, secara program atau keseluruhan. Sebab, masalah itu ada lobi di ruang pimpinan Panitia Anggaran DPR.

"Soal pertemuan di Hotel Ritz Carlton, kita tidak pernah ketemu. Saya tidak pernah tahu-menahu mengenai rapat itu, apalagi hadir. Jadi pernyataan Abdul Hadi tidak benar. Ini adalah fitnah. Harusnya fakta-fakta yang dibuktikan dan ini bukan masalah pribadi lagi karena sudah membawa PKS," cetus Rama.

DPP PKS sendiri berniat akan menyomasi Hadi. Alasannya, ucapan Hadi sudah merugikan PKS secara politik. "Kalau sampai 2x24 jam tidak mencabut perkataan dan meminta maaf kepada DPP PKS, kami akan melaporkannya ke Mabes Polri dengan tuduhan pencemaran nama baik," kata Ketua FPKS Mahfudz Siddiq.

Dirinya menilai pernyataan Hadi sangat manipulatif. Ia mensinyalir tudingan itu sengaja didesain untuk menggiring opini masyarakat bahwa Rama benar terlibat dan menerima uang. "Abdul Hadi menyatakan, semua anggota fraksi membahas stimulus dan kenapa hanya PKS yang disebutnya, sampai 2 kali. Lalu pembawa acaranya bertanya, jadi menurut bapak RP menerima uang? Lalu Abdul Hadi menjawab, saya tidak tahu," beber ketua DPP PKS itu.

"Jangan melempar kesalahan ke orang lain, menyeret-nyeret orang lain yang tidak ada kaitannya. Itu adalah fitnah," tegas Mahfudz.

Meski demikian, aktivis ICW Abdullah Dahlan berharap PKS tetap mendorong KPK mengusut tuntas kasus ini. Belum lagi, PKS kerap koar-koar menyatakan dukungan atas gerakan antikorupsi. "Jadi tidak tepat kalau dia berusaha untuk membela atau melindungi anggotanya yang terlibat korupsi. Ini kan sudah jelas ada indikasi korupsi," ketus Dahlan.

Pakar hukum Marwan Mas menambahkan KPK juga semestinya mengembangkan penyelidikan kasus dengan memeriksa pihak yang disebut Hadi. Karena sangat tidak mungkin bila Hadi hanya terlibat seorang diri dalam kasus ini. Hadi diduga tetap meminta persetujuan pihak lain. "Mestinya KPK itu tidak hanya berhenti sampai Abdul Hadi saja. Tapi juga dilihat yang lainnya juga karena di parlemen itu kan terdiri dari banyak orang," ucap staf pengajar Universitas 1945 Makassar ini.

"Jadi, KPK itu jangan hanya ahi mengungkap kasus-kasus aja, tapi tidak mampu menuntaskan kasus ini yang tidak hanya pada Abdul Hadi saja. Jadi usut siapa saja yang terlibat," harap Marwan.

Harapan Marwan tentu saja kini menjadi harapan banyak orang. Dan semestinya KPK juga mengembangkan penyelidikan kasus ini. Pengakuan Hadi harus ditindaklanjuti. Bukan hanya sekadar memenuhi rasa keadilan, tapi karena ini juga menyangkut nama baik seseorang. Dengan begitu, pihak yang disebut dapat memberi klarifikasi tudingan Abdul Hadi.

SeLanJuTnYa......

Ayo Pilih PKS..!!

0 komentar

Yel-yel
oleh : fee3

Ayo..ayo pilih PKS
Pilih PKS tanggal 9 April

Ayoo....ayoo pilih PKS
pilih PKS sekarang juga

Ayo..ayoo gabung di PKS
insya Allah takkan menyesal

ayo..ayo Pilih PKS
pilih PKS untuk parlemen bersih
Pilih..pilih..pilih PKS
Pilih PKS tuk wakil rakyat yang amanah

PKS...Allahu Akbar...!!



SeLanJuTnYa......

Buah dari Ketamakan

0 komentar

Cerita ini aku ambil dari salah satu buku yang beberapa pekan ini ku baca, berjudul "Succes Through Character" sebenarnya ada banyak kisah menarik dan bisa sebagai bahan pembelajaran dalam buku tersebut, namun cerita yang akan ku paparkan ini merupakan cerita yang paling ku suka, disamping buat aku sendiri mudah-mudahan bisa juga buat para pembaca dan tentunya agar kita bisa lebih mengetahui dampak dari ketamakan itu.

Baiklah aku mulai saja kisahnya
Alkisah seorang raja Midas dari Yunani. Ia adalah seorang raja yang suka menumpuk harta dan begitu tergila-gila pada emas. Ia memiliki sebuah permohonan agar apa saja yang disentuhnya bisa berubah jadi emas. Dan ajaib, permohonannnya terkabul.
Lalu sang raja menjadi sangat sibuk sepanjang hari. Berlari kesana kemari, menyentuh disana sini hingga semua benda berubah jadi emas. Betapa senangnya sang raja. Kemudian raja midas menjadi lelah dan akhirnya sang raja sangat lapar, dilihatnya berbagai makanan lezat telah dihidangkan di meja kerajaan.

Namun, alangkah terkejutnya raja ketika semua makanan yang dipegangnya berubah menjadi emas. Sang raja tentunya tidak bisa menyantap apa-apa, bahkan sepotong roti sekalipun. Dan terlebih lagi sang raja tidak bisa berinteraksi dengan kalangan kerjaan, karena ia takut nanti orang-orang kerajaan berubah jadi emas. Raja midas sadar akan kesalahannya dan menyesali ketamakannya. Sang raja lalu memohon agar dapat kembali seperti layaknya manusia biasa. Bisa makan, minum, istirahat, bersuka cita dan bekerja. Ia kini memahami apa artinya menikmati hidup. Karena kepuasan sesungguhnya bersumber dari dalam hati.Untuk dapat menikmati apa yang dimiliki dan bukan sekedar menumpuk harta sebanyak-banyaknya.

Cerita singkat, tapi bermakna. Masih banyak segelintir orang yang memiliki sifat tamak, mungkin kita tidak pernah menyadari. Entah itu ada didiri kita sendiri ataupun dengan orang-orang sekitar kita.
Bagaimana seandainya bangasa ini hanya dipenuhi oleh orang-orang yang tamak?bagaimana seandainya, para petinggi pemerintah hanya sibuk memperkaya diri semata, tanpa peduli dengan rakyat yang hari ini belum tentu bisa makan. Apakah suatu bangsa akan tetap kokoh tanpa keadilan dalam pemerintahannya?Tentu saja tidak. Karena sesungguhnya hanya orang-orang yang memiliki kerendahan hati dan tanggung jawab yang tinggi yang patut menjadi pemimpin negara ini. Sebab mereka kan senantiasa ingat akan tugasnya sebagai pemimpin negara, bahwa mereka diberi amanah pada rakyat untuk lebih memperbaiki kondisi bangsa ini, membenahi nasib rakyat, terlebih lagi rakyat yang masih berada dibawah garis kemiskinan.

Seseorang yang bertanggung jawab, tercermin pada sedikit bicara dan banyak bekerja. Rakyat butuh kerja nyata, rakyat butuh pemerintahan yang bekerja, tanpa banyak berkoar-koar dan tanpa sibuk hanya untuk memperkaya dirinya saja.

SeLanJuTnYa......